Kotapinag awalnya sebuah pemerintahan kecamatan di bawah
Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu yang berbatasan pada Provinsi Riau, Kecamatan
Kampung Rakyat, Kecamatan Bilah Hulu, dan Kecamatan Sungai Kanan.
Kesultanan
Kota Pinang pada mulanya bernama Kesultanan Pinang Awan. Kesultanan ini
didirikan oleh Batara Sinomba atau Batara Gurga
Pinayungan Tuanku Raja Nan Sakti, putra Sultan Alamsyah Syaifuddin
yang berasal dari Kerajaan Pagaruyung.
Gambar Istana Kotapinang pada masa kesultanan Pinang Awan :
Sultan Batara
Sinomba kemudian menikah dengan seorang puteri setempat. Ia memperoleh dua
orang putra dan seorang putri yang bernama Siti Ungu Selendang Bulan. Kemudian
ia menikah lagi dengan seorang putri setempat lainnya dan memperoleh seorang
putra. Istrinya yang kedua berusaha mempengaruhi Batara Sinomba agar
putranyalah yang kelak menggantikannya sebagai raja, sehingga kedua orang putra
raja dari istri yang pertama itu diusir. Setelah membunuh Batara Sinomba berkat
bantuan tentara Kerajaan Aceh, maka Sultan Mangkuto Alam putra dari istri yang
pertama, naik tahta menjadi sultan Kota Pinang. Sebagai balas jasa, Siti Ungu
dinikahkan kepada raja Aceh, Sultan Iskandar Muda.
Kelak keturunan Mangkuto Alam dan Siti Ungu inilah kemudian yang menjadi
raja-raja di Kesultanan Asahan, Pannai, dan Bilah.
Setelah Jepang meninggalkan
Indonesia pada tahun 1945, para sultan di Sumatera Timur menghendaki
kedudukannya sebagai raja kembali dipulihkan. Namun setahun kemudian,
pergerakan anti-kaum bangsawan dalam sebuah Revolusi Sosial Sumatera Timur, tak
menginginkan adanya pemulihan sistem feodalisme tersebut. Akibatnya
kesultanan-kesultanan yang ada di Sumatera Timur, seperti Deli, Langkat,
Serdang, Bilah, Panai, Kualuh, dan Kota Pinang, dipaksa untuk berakhir dan
bergabung dengan Republik Indonesia.
Gambar Istana Kotapinang pada saat ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar